Mari kita lihat contoh ekstrem mengenai comfort-zone ini,seorang pengemis yang telah terbiasa tinggal di area pembuangan sampah (yang jelas jauh dari kondisi higienis dan kelayakan), menolak keras upaya pemerintah yang akan merelokasinya ke penampungan secara cuma-cuma yang kondisinya jauh lebih baik, karena ia tidak mau keluar dari comfort-zone-nya dimana ia telah terbiasa dengan kondisi negatif dan tidak menguntungkan.
Contoh sederhana lain adalah, dimana sebuah keluarga yang tinggal di sisi rel kereta api ataupun dekat landasan pacu pesawat, tidak merasakan kebisingan yang terjadi secara rutin karena mereka telah terbiasa dengan berbagai kondisi yang bagi orang lain bisa merupakan kondisi yang tidak nyaman.
Kini kembali pada hidup kita, mari coba telaah kondisi hidup yang memberikan kenyamanan, apakah kenyamanan tersebut sudah memenuhi standar yang memadai dan layak dipertahankan? Mungkin ada rekan kita yang sangat puas dan nyaman dengan pendapatan sedikit di atas UMR, ada pula yang merasa nyaman dengan berbagai kebiasaan buruk yang merugikan, termasuk
pola kesehatan yang buruk, dan lain sebagainya. Ada saat di dalam hidup kita, dengan melangkah keluar dari comfort-zone kita, mengambil sedikit resiko untuk peningkatan kualitas berbagai aspek hidup untuk masa depan secara permanen.
Harap diketahui bahwa kebanyakan orang sukses adalah orang-orang yang secara konsisten bersedia untuk terus keluar dari comfort zone mereka untuk peluang yang lebih baik.
Selamat merenungkan dan menyadari kualitas zona kenyamanan Anda.
No comments:
Post a Comment