Sunday, June 1, 2008

Lima Jurus Jitu Negosiasi Bisnis

1. Pisahkan pokok masalah yang dinegosiasikan dengan lawan. Jangan sampai masalah pribadi menghambat proses negosiasi yang sedang berjalan. Tak heran perusahaan-perusahaan besar biasanya mempunyai tim
negosiasi yang terdiri dari beberapa orang dengan keahlian berlapis-lapis. Dengan begitu, tidak akan pernah terjadi konflik pribadi dengan proses negosiasi.

2. Selalu mengacu pada tujuan utama negosiasi. Apa hasil akhir yang kita inginkan dalam negosiasi ini? Bukan masalah menang atau kalah, apalagi sampai menjatuhkan lawan. So, tetap berkepala dingin dan jangan pernah terpancing dengan emosi atau ego mau menang sendiri.

3. Berikan alternatif win-win solution pada lawan. Selalu fleksibel selama negosiasi agar terhindar dari jalan buntu. Persiapkan beberapa solusi alternatif yang diprediksi bisa menciptakan kondisi saling menguntungkan bagi lawan.

4. Selesaikan proses negosiasi dengan cepat dan tidak bertele-tele. Hindari faktor-faktor yang bisa melelahkan lawan seperti proses negosiasi yang terlalu lama, tempat negosiasi yang tidak kondusif,
dll. Karena faktor-faktor tersebut cenderung membuat lawan jadi emosional dan berbalik menekan kita.

5. Riset, riset dan riset. Hal terpenting dalam negosiasi sering berkaitan dengan etika dan budaya. Negosiator ulung selalu melakukan riset untuk mengetahui karakter lawannya. Apa latar belakangnya, kebiasaan, hobi, kesukaan, dll. Terbukti bahwa kebanyakan kontrak besar bisnis dimenangkan bukan di meja rapat, tapi di lapangan golf, kapal pesiar atau restoran.

semoga bermanfaat
Sphere: Related Content

Formula Sukses Anthony Robbins

Baik disengaja atau tidak, setiap orang menggunakan formula yang sama untuk sukses. Gunakan 4 langkah mudah berikut untuk mewujudkan apapun yang anda inginkan.

* Putuskan apa sebenarnya yang anda sangat inginkan. Harus spesifik! Karena semakin jelas keinginan anda, makin besar juga kekuatannya

* Take Action! Sekarang!! Bukan menunggu datangnya mood ,nanti jika ada waktu luang ataupun menunggu kondisi dan situasi yang pas (sempurna). Ambil tindakan sekarang juga!

* Cermati dengan teliti segala tindakan anda. Jangan habiskan energi pada hal yang jelas-jelas terbukti tidak akan berhasil mewujudkan keinginan anda.

* Rubah atau modifikasi tindakan anda sesuai kebutuhan sampai pada akhirnya tujuan tercapai.

sumber: adexindo
Sphere: Related Content
Pelajaran ini saya ambil dari buku ‘GE Way and Malcolm Balridge Criteria for Performance Excellence’. Bahwa perusahaan besar tampaknya memiliki keunggulan dan kelihatan indah. Tapi mengapa Jack Welch memperlakukan perusahaan besar seperti perusahaan-perusahaan kecil? Beberapa alasannya adalah :
  • Perusahaan-perusahaan kecil tidak birokratis, orang-orang dalam perusahaan kecil saling memahami satu sama lain karena jumlah mereka tidak banyak.
  • Perusahaan-perusahaan kecil bergerak cepat, mereka memahami kerugian-kerugian yang terjadi apabila mengecewakan pasar.
  • Perusahaan-perusahaan kecil memiliki hirearki manajemen yang sedikit sehingga hubungan pemimpin dan karyawan sangat dekat, kinerja mereka tampak secara jelas dan diketahui satu sama lain
  • Perusahaan kecil memiliki sedikit pemborosan
Alasan-alasan ini yang membuat Jack Welch untuk mengelola GE sebagai sebuah perusahaan besar yang berperilaku seperti perusahaan kecil. Dengan kata lain, tubuh perusahaan besar namun jiwanya tetap seperti perusahaan kecil.

Jack Welch berfokus pada solusi bisnis cepat dan bukannya bergelut dengan birokrasi. Oleh karena itu ia menghilangkan segala macam birokrasi kaku dalam General Electric.



by; Seta PM
Sphere: Related Content

Filosofi Bambu Cina Dalam Bisnis

Bambu memang sarat filosofi. Ada sepenggal petuah dari Lao Tse tentang rumpun bambu: sekali pun bambu meliuk diterpa angin, dia mempunyai pegangan, akar yang kuat menghujam di tanah.

Bambu pada empat tahun pertama menanam, tidak ada pertumbuhan yang signifikan, karena pada empat tahun pertama tersebut bambu memperkuat sistem pengakarannya. Setelah tahun kelima bambu baru menunjukkan pertumbuhan ke atas yang sangat cepat dan orang hanya dapat memotong dan menggergajinya, tapi tidak akan bisa mencabut akarnya.

Filosofi ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam dunia bisnis hal yang perlu diperhatikan adalah membangun fundamental / hal yang paling mendasar terlebih dahulu. Misalnya membangun relationship, memperkuat sistem dan sebagainya. Sehingga dapat dipastikan kesuksesan di masa mendatang merupakan kesuksesan yang sesungguhnya yang dibangun dengan penuh kesabaran dan kegigihan. Kebanyakan orang saat ini menginginkan kesuksesan instant dan tidak sabar ketika mengalami kegagalan.

1. Bambu adalah tanaman rumput, namun bambu sangat special / unik. Sekalipun rumput, tapi bambu dapat mengekspresikan diri sedemikian rupa sehinggga mampu menghadirkan manfaat.

Tanaman bambu menunjukkan kita bahwa latar belakang kita tidak mempengaruhi kesuksesan seseorang. Selama ia terus berkomitmen untuk sukses maka iapun akan dapat sukses apapun latar belakangnya. Seperti bambu yang hanya merupakan bangsa rumput.

2. Pasca ledakan bom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Satu satunya tanaman yang tumbuh pertama kali adalah tanaman bambu.

Tanaman bambu memberikan contoh kepada kita untuk selalu bangkit dari keterpurukan, kehancuran, dan selama ia dapat tumbuh ia akan melupakan keterpurukan dan kembali bangkit.

3. Bambu memiliki Fleksibilitas yang tinggi. Jarang sekali tanaman bambu roboh pada saat terjadi angin kencang.

Dalam membangun sebuah bisnis, hal penting yang harus diperhatikan adalah kesehatan mental. Salah satu tanda pribadi yang matang adalah pribadi yang fleksibel dan tidak kaku. Sehingga berapapun besarnya tiupan angin yang menerpanya, ia tidak akan roboh.


Contohlah filosofi pohon bambu cina dalam bisnis Anda, dalam 3 – 4 tahun, ia hanya mampu mencapai ketinggian setengah meter. Selama itu, ia hanya tumbuh ke arah bawah. Akarnya diperkuat. Tapi di tahun kelima, ia mampu tumbuh dahsyat, sampai 5 atau 6 meter ke atas. Dan ketinggian itu bisa dicapai, tidak mudah roboh, karena akarnya sudah cukup kuat.


Mudah-mudahan ada manfaatnya. Selamat berwirausaha.

warm regards,
Syania Anggriani
www.syania.wordpress.com
Sphere: Related Content

Sinergy Dalam Bisnis

Bekerjasama bukan hanya bisa diterapkan dalam internal perusahaan, antar partner dan karyawan kita, tapi juga sangat bagus dilakukan antar usaha yang lain.

Sinergy, dalam buku 7 Habits of Highly Effective People, berarti 1+1 tidak sama dengan 2, tapi bisa 3 atau lebih. Sinergy juga berarti mencari alternatif ketiga. Sinergy harus didasari oleh itikat win-win solution.
Apa aplikasinya dalam bisnis kita. Misalnya, anda berdagang, asumsi kapasitas penjualan Anda hanya 20unit perhari dan modal andapun terbatas, maka anda harus membeli (kulakan) tiap hari (20unit). Sedangkan pedagang grosir tempat Anda beli memberikan diskon berdasarkan jumlah barang per transaksi. Jika anda hanya membeli 20unit, maka diskonnya 5%; 50unit, diskon 10%; lebih dari 100unit, diskon 20%. Kenapa tidak, anda bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha serupa untuk mendapatkan diskon terbesar? Bukankah itu konsep saling menguntungkan?

Sering juga kita amati, bagaimana harga barang saling banting, bukan karena over supply, namun karena ingin saling menjatuhkan. Nah, siapa yang dirugikan? Mereka sendiri, semua pedagang serupa! Coba seandainya mereka kompak tidak menurunkan harga, tapi juga tidak ngemplang harga, pasti kesejahteraan terjamin. Hal mendasar yang merusak sinergy adalah keserakahan individu.

Bagaimana dengan usaha yang berbeda, bisakah bersinergy? Di jakarta ada seorang pemuda yang membuka usaha "Renovasi Sofa, berhadiah Pizza Hut". Mungkin anda berfikir, apa hubungannya? Jaka sembung main gitar! Tapi ternyata laku keras, gara-gara sinergy tersebut. Pizza Hut gak keberatan, asalkan produknya laku. Si 'renovator' sofa, ndompleng nama besarnya. Bahkan kliennya banyak instansi-instansi besar. "Mas, boleh gak pizzanya dikirim duluan, jangan nunggu sofanya selesai?!" Nah, tuh, gak tahunya, karyawannya yang kebagian pizza, gara-gara renovasi sofa. Sekarang banyak asosiasi pengusaha yang menerapkan promosi silang (co-branding). Sudah tidak jamannya lagi pukul-pukulan. Sekarang jamannya kolaborasi.

Hukum alam
Percayalah bahwa dengan bersinergy, kita bisa menghemat tenaga kita, untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Seperti sekerumunan angsa terbang yang membentuk formasi ‘V’, mampu terbang 3 kali lebih jauh dibanding jika terbang sendiri. Seandainya semua pengusaha menanyakan kepada dirinya, “Bagaimana ya, supaya usahaku berkembang, tapi juga membantu atau memberi manfaat bagi pengusaha lain”. Pastilah negara ini cepat berkembang. Seperti Hukum Gunung Everest, semakin tinggi cita-cita kita, semakin dibutuhkan ketinggian tingkat kerjasamanya.

Memang tidak semudah yang saya katakan, tapi bukan berarti mustahil kan? Toh kuenya (rejeki) melimpah, hanya seringkali gara-gara kita berebut, kue tersebut terlempar mubazir. Tenaga habis untuk pukul-pukulan, hasil tak ada. Alangkah indahnya jika hidup kita bisa bergandengan tangan, saling bantu, saling bagi, bukan saling sikut. Yang lapang rejekinya hari ini, memberikan kelimpahan bagi yang lain. Banyak saudara, banyak rejeki!

FIGHT!

By; Jaya Setiabudi
Sphere: Related Content

Sepuluh Kepribadian Billionaire

Berikut adalah sepuluh unsur kepribadian seorang billionaire (para pengusaha sukses kelas dunia) yang disarikan berdasarkan komunikasi dan pergaulan pribadi dengan para billionaires dan beberapa pengusaha sukses :

Satu, keberanian untuk berinisiatif

Di sinilah letak keunikan utama pengusaha kelas kakap dunia. Mereka selalu punya ide-ide jenial. Sebagai contoh, lihat saja si Raja Real Estate, kebangkitannya dari bangkrut beberapa tahun yang lalu sekarang sudah membuahkan lebih dari sekedar kerajaan properti belaka. Ada boneka Donald, ada seri TV The Apprentice, ada online university TrumpUniversity.com, bahkan ada t-shirt "You're Fired" dan buku-buku best-sellernya. Semua berangkat dari inisiatif belaka, yang bisa kita pelajari dan tiru.

Dua, tepat waktu

Selalu menepati janji dan tepat waktu karena ini adalah bukti kemampuan memanage sesuatu yang paling terbatas di dalam hidup kita, yaitu waktu. Kemampuan untuk hadir sesuai janji adalah kunci dari semua keberhasilan, terutama keberhasilan berbisnis. Respek terhadap waktu merupakan pencerminan dari respek terhadap diri sendiri dan partner bisnis.

Tiga, senang melayani dan memberi

Seorang billionaire pasti mempunyai kepribadian sebagai pemimpin dan seorang pemimpin adalah pelayan dan pemberi. The more you give to others, the more respect you get in return. Syukur-syukur kalau ada karma baik sehingga mendapat kebaikan juga dari orang lain. Paling tidak dengan memberi dan melayani, kita sudah menunjukkan kepada dunia betapa berlimpahnya kita. Alam bawah sadar kita akan terus membentuk blue print sukses berdasarkan kemampuan memberi ini.

Empat, membuka diri terlebih dahulu

Pernah Anda bertemu orang yang selalu mau bertanya soal hal-hal pribadi tentang orang lain namun tidak pernah mau membuka diri? Mereka biasanya hidup dalam ketakutan dan kecurigaan, yang pasti mereka akan sangat sulit untuk mencapai kesuksesan karena dua hal ini adalah lawan dari unsur-unsur yang membangun sukses. Rasa percaya dan kebesaran hati untuk membuka diri terhadap lawan bicara merupakan cermin bahwa kita nyaman dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi, sesuatu yang dicari oleh para partner bisnis sejati. (Siapa yang mau bekerja sama dengan orang yang misterius?)

Lima, senang bekerja sama dan membina hubungan baik dengan para partner bisnis

Teamwork jelas adalah salah satu kunci keberhasilan utama. Donald Trump dan Martha Stewart pun mempunyai tim-tim mereka yang sangat loyal sehingga mereka bisa mencapai sukses luar biasa. "No man is an island," kita semua perlu membangun network kerja yang baik, sehingga jalan menuju sukses semakin terbuka lebar.

Enam, senang mempelajari hal-hal baru

Kembali kita mengambil contoh Pak Trump yang baru saja membuka online university. Apakah beliau adalah ahli pendidikan? Seorang profesor? Jelas tidak, namun dengan kegemarannya mencari hal-hal baru serta langsung mengaplikasikannya, maka dunia bisnis semakin terbuka luas baginya. Dunia bisnis baginya adalah tempat bermain yang luas dan tidak terbatas. Kuncinya hanya satu: senang belajar dan mencari hal-hal baru.

Tujuh, jarang mengeluh

Profesionalisme adalah yang paling utama. Lance Armstrong pernah berkata, "There are two kinds of days: good days and great days." Hanya ada dua macam hari: hari yang baik dan hari yang sangat baik. Jangan sekali-kali mengeluh di dalam bisnis, walaupun suatu hari mungkin Anda akan jatuh dan gagal. Mengapa? Karena setiap kali gagal adalah kesempatan untuk belajar mengatasi kegagalan itu sendiri sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana Anda gagal tetap adalah a good day (hari yang baik).

Delapan, berani menanggung resiko
Jelas, tanpa ini tidak ada kesempatan sama sekali untuk menuju sukses. Sebenarnya setiap hari kita menanggung resiko, walaupun tidak disadari penuh. Resiko hanyalah akan berakibat dua macam: be a good or a great day (lihat di atas). So, untuk apa takut? Kegagalan pun hanyalah kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari kan?

Sembilan, tidak menunjukkan kekhawatiran (berpikir positif setiap saat)

Berpikir positif adalah environment atau default state di mana keseluruhan eksistensi kita berada. Jika kita gunakan pikiran negatif sebagai default state, maka semua perbuatan kita akan berdasarkan ini (kekhawatiran atau cemas). Dengan pikiran positif, maka perbuatan kita akan didasarkan oleh getaran positif, sehingga hal positif akan semakin besar kemungkinannya.

Sepuluh, "comfortable in their own skin"


Alias nyaman dengan diri sendiri tanpa perlu berusaha menutup-nutupi sesuatu maupun supaya tampak "lebih" dari lawan bicaranya. Pernah bertemu dengan billionaire yang rendah diri alias tidak nyaman dengan diri mereka sendiri? Saya yakin tidak ada. Kenyamanan menjadi diri sendiri tidak perlu ditutup-tutupi supaya lawan bicara tidak tersinggung karena setiap orang mempunyai tempat tersendiri di dunia yang tidak bisa digantikan oleh orang lain.

Saya adalah saya, mereka adalah mereka. Dengan menjadi diri saya sendiri, saya tidak akan mengusik keberadaan mereka. Jika mereka merasa tidak nyaman, itu bukan karena kepribadian saya, namun karena mindset yang berbeda dan kekurangmampuan mereka dalam mencapai kenyamanan dengan diri sendiri.

Apakah Anda mempunyai kepribadian seorang billionaire? Hanya Anda yang bisa menjawab. Salam sukses, sampai bertemu di puncak gunung kesuksesan!

Sumber : Sepuluh Unsur Kepribadian Billionaire oleh Jennie S. Bev.
Jennie S. Bev adalah konsultan, entrepreneur, penulis dan edukator berbasis di San Francisco Bay Area.
Sphere: Related Content
Beberapa hari lalu, melalui layar CNN, saya menyaksikan debat calon presiden Amerika antara Hillary Clinton dengan Barack Obama. Dan selama hampir dua jam itu, saya terhenyak menyaksikan sebuah parade komunikasi yang amat menggairahkan, inspiratif dan sekaligus sarat dengan pertarungan gagasan nan mengesankan.

Dalam drama komunikasi itu, Barack Obama kiranya kian meneguhkan dirinya sebagai one of the most outstanding communicators on earth. Melalui aura kecerdasan dan keterampilannnya merajut kalimat, penampilan Barack Obama sungguh menawarkan sederet kisah pembelajaran yang amat kaya tentang apa itu manajemen komunikasi. Lalu, apa saja pelajaran tentang the art of communication yang disuguhkan oleh bekas anak Menteng ini? Mari kita nikmati bersama.

Sebelum mengeksplorasi elemen-elemen teknis tentang communication skills yang telah diperagakan oleh Obama, tampaknya ada dua karakter dasar yang sejauh ini amat membantu dirinya menjadi sang komunikator ulung.

Yang pertama adalah ini : Obama adalah seseorang dengan pribadi yang hangat, santun, dan selalu berpenampilan kalem. Ia nyaris tak pernah memperlihatkan sikap agresif dan menujukkan mimik muka yang terkesan “merendahkan” orang lain. Sebaliknya, ia selalu menawarkan aura kehangatan, rasa hormat pada mitra bicara, serta mampu menampilkan sosok yang tenang dan persuasif. Karakter semacam ini tak pelak, telah mampu menumbuhkan simpati orang lain bahkan sebelum ia mengeluarkan sepatah kata pun.

Yang kedua, well, Obama memang orang yang cerdas. Ia lulusan dari Harvard Law School dan bekas Pemred majalah mahasiswa prestisius di kampusnya itu. Dengan kata lain, Obama bukan komunikator asbun, atau hanya pandai beretorika layaknya penjual obat di pinggir jalanan. Obama pandai dan ia sangat menguasai tema-tema yang dibicarakannya. Dan oh ya, dua bukunya yang indah itu, The Audacity of Hope: Thoughts on Reclaiming the American Dream dan Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance dengan jelas juga menunjukkan kapasitas intelektual dia.

Kini kalau kita coba menelisik ketrampilan komunikasi Barack Obama secara lebih detil, maka setidaknya ada 5 elemen pelajaran yang bisa kita petik darinya. Lima elemen itu dalam manajemen komunikasi acap disebut sebagai 5 C : Complete, Concise, Consideration, Clarity, dan Courtesy.

Complete. Dalam debat menegangkan itu, Obama selalu mampu menyuguhkan gagasannya secara lengkap dan koheren; tidak parsial atau sepotong-potong. Elemen ini mengindikasikan bahwa kesempurnaan komunikasi yang kita bangun hanya bisa dicapai jika kita menyampaikannya dengan lengkap, dan tidak sepotong-potong. Mari kita ingat, berapa kali kita mengalami mis-komunikasi hanya gara-gara kita tidak menyampaikan informasi kepada rekan kerja atau kepada bos, dengan lengkap.

Concise. Ringkas dan padat. Tidak bertele-tele. Sadar bahwa efisiensi waktu amat penting, malam itu Obama selalu bisa menyampikan esensi gagasannya dengan ringkas namun padat. Audiens senang karena dengan demikian mereka mudah mencernanya, dan tidak bosan mendengar kalimat yang bertele-tele. Kita sama. Kita akan senang kalau mendengar orang lain menyampaikan gagasannya dengan ringkas dan jelas. Sayang, dimana-mana kita melihat orang acap melupakan elemen penting ini. Banyak orang bicara dengan boros, tidak efisien, mengulang-ulang, bertele-tele, dan membosankan lagi. Pliss deh…….

Consideration. Consideration means that you prepare every message with the recipient in mind and try to put yourself in his or her place. Dalam debat itu Obama tampil dengan sudah mengetahui apa yang ada dibenak rakyat Amerika. Apa yang mereka butuhkan, dan apa yang mereka dambakan. Ketika kita membangun komunikasi, kita mestinya juga melakukan hal serupa. Selalu berusaha memahami apa kebutuhan orang lain – dan bukan melulu minta dipahami. Selalu membangun empati pada apa yang dirasakan oleh mitra bicara kita dan mau mendengarkan isi hati orang lain.

Clarity. Obama mampu mendemonstrasikan elemen ini dengan amat memukau. Ia mampu memilin kata dan merajut kalimat dengan penuh presisi. Ia mampu mengartikulasikan gagasannya dengan jelas dan mengalir. Kita mungkin tak mesti harus seperti Obama. Namun alangkah eloknya, jika kita juga bisa mengekspresikan setiap jejak gagasan dan keinginan kita dengan penuh kejelasan. Dengan itu, sebuah relasi yang produktif mungkin bisa kita pahat dengan penuh keberhasilan.

Courtesy. Santun. Persuasif. Menumbuhkan respek. Elemen ini juga diperagakan dengan nyaris sempurna oleh Obama. Ia menawarkan gagasannya dengan santun dan elegan. Alunan kalimat yang membasahi bibirnya sungguh persuasif dan menumbuhkan respek. Kita kagum dan menaruh hormat dengan orang-orang yang seperti ini. Kita mungkin juga pernah menjumpainya. Inilah orang-orang yang selalu bisa berbicara dengan santun (tidak kasar), persuasif (tidak memaksa), dan menumbuhkan respek (dan bukan merendahkan).

Itulah pelajaran the art of communication a la Barack Obama. Bravo Obama. Viva for US President 2008.


by: Yodhia Antariksa
Sphere: Related Content
Salah satu teknik pemecahan masalah (problem solving) yang relatif sederhana tapi ampuh adalah dengan mengajukan pertanyaan memakai 5W+1H, yaitu Why, What, Where, When, Who dan How. Dengan lima kata tanya ini maka kita akan berusaha menyelidiki atau memecahkan suatu masalah secara menyeluruh dari segala aspek. Ada juga cara yang lebih ampuh yaitu dengan teknik 5W (Five Why’s) yaitu dengan bertanya lima kali why secara bertingkat mengapa suatu peristiwa terjadi, sehingga akan ditemukan alasan utama atau penyebab dasar (root cause) terjadinya sesuatu (bukan hanya sekedar symptom atau gejala).

Kedua teknik bertanya ini dipakai oleh para manajer, sejarawan, peneliti, ilmuwan atau siapapun untuk memecahkan berbagai persoalan dan terbukti cukup efektif untuk menemukan solusi.

Tetapi di dalam pengembangan pribadi, agar hidup kita bertumbuh, semakin berkualitas, dan memiliki tanggungjawab, maka kita perlu memilih pertanyaan-pertanyaan yang tepat, khususnya kepada diri sendiri (self talk) dan juga kepada orang lain.

Marilah kita perhatikan beberapa contoh pertanyaan berikut ini :

“Mengapa anak buahku susah diatur ?”

“Mengapa hal ini terjadi padaku ?”

“Mengapa susah sekali menjual produk ini ?”

Pertanyaan-pertanyaan diatas akan membuat kita merasa tidak baik (feel bad), tak berdaya dan seolah-olah memposisikan diri kita sebagai korban keadaan. Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki ‘aura’ negatif yang pada gilirannya akan menghadirkan sikap negatif pula buat kita.

Berikutnya mari kita ucapkan beberapa pertanyaan yang lain di bawah ini :

“Kapan harga produk kita bisa lebih bersaing ?”

“Kapan saya dapat menemukan orang-orang yang berkualitas ?”

“Kapan ia dapat lebih menghargai posisiku ?”

Pertanyaan-pertanyaan ini juga tak lebih baik karena akan memberikan kesan seolah-olah kita hanya bisa menunggu, menunda atau pasrah pada keadaan. Walaupun saya yakin Anda tidak bermaksud untuk menunggu atau menunda, tapi itulah yang kita tangkap dari pertanyaan-pertanyaan ini.

Dan mari kita simak satu jenis pertanyaan lagi berikut ini :

“Siapa yang menyebabkan masalah ini ?”

“Siapa yang bisa lebih baik dari saya ?”

“Siapa yang bisa menjelaskan visi perusahaan ?”

Sekali lagi, mari kita rasakan. Tanpa kita sadari bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya kita telah mencari ‘kambing hitam’, tidak mau introspeksi dan melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain.

Apa arti ini semua ?” Kita perlu hati-hati dalam membuat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang salah akan membuat kita merasa tak berdaya, pesimis, pasrah pada keadaan, semakin lari dari tanggungjawab dan menyalahkan orang lain, yang pada akhirnya akan membuat kita semakin jauh dari kesuksesan.

Kemudian marilah kita berpaling kepada pertanyaan-pertanyaan berikut :

“Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi ?”

“Bagaimanakah caranya agar penjualan saya bulan ini bisa meningkat 10% ?”

“Apa benefit tambahan yang bisa saya tawarkan kepada customer ?”

“Bagaimana caranya agar saya lebih kreatif ?”

“Apa yang bisa saya kerjakan agar team ini menang ?”

“Bagaimana caranya agar prestasi saya bisa lebih baik ?”

Sekarang bagaimana rasanya ? Saya yakin dengan memakai kata “Apa” dan “Bagaimana”, Anda akan merasa lebih enak (feel good), lebih berdaya, dan lebih bertanggungjawab dibandingkan tiga jenis pertanyaan sebelumnya yang menggunakan kata “Mengapa”, “Kapan” dan “Siapa”.

John G. Miller
dalam bukunya “The Question Behind The Question”, memberikan tips agar pertanyaan-pertanyaan Anda lebih berbobot sehingga bisa membuat Anda bertumbuh, lebih bertanggungjawab dan mampu mengubah kehidupan Anda ke arah lebih baik. Inilah tips nya :

* Mulai pertanyaan dengan “Apa” atau “Bagaimana”, bukan “Mengapa”, “Kapan” atau “Siapa”.
* Pertanyaan diusahakan mengandung kata “Saya”, bukan “Mereka”, “Kamu” atau “Kami”
* Berfokus kepada tindakan, misalnya mengandung kata-kata “melakukan”, “mencapai”, “membuat” atau yang sejenisnya.

Tips diatas bukan berarti kita tidak boleh membuat pertanyaan dengan memakai kata-kata “Mengapa”, “Kapan” atau “Siapa”. Tentu saja boleh-boleh saja menggunakan ketiga kata itu untuk menggali gagasan, melakukan analisis, memecahkan masalah atau melakukan tindak lanjut. Tetapi untuk melakukan perubahan dan tindakan yang positif, maka yang terbaik adalah memulai dengan “Apa” atau “Bagaimana”, memakai kata ganti orang pertama (”Saya”) dan action oriented.

Marilah mulai saat ini kita mengubah pertanyaan-pertanyaan kita dengan memakai formula diatas. Dengan mengubah pertanyaan, maka hidup Anda anda berubah. Wish You Luck. (SA).


taken from http://suciptoajisaka.com/
Sphere: Related Content

Pengembangan Diri

Anda setidaknya membutuhkan 3 hal untuk mengembangkan diri Anda, yaitu

1. Inspirasi

2. Penentuan tujuan

3. Jaringan

Inspirasi adalah daya magnet Anda, yang menarik Anda pada pencapaian tujuan hidup yang lebih baik, lebih tinggi, lebih berkualitas. Dia menyedot Anda, membetot Anda dari lem perekat Anda pada kenyamanan Anda sekarang ini. Umumnya, Anda susah sekali bergerak, bergeser, melangkah menjauhi kekinian Anda, karena ada seribu alasan bagi Anda untuk tetap berada di posisi sekarang. Untuk apa berubah? Begitulah lem perekat itu bekerja. Butuh hentakan yang sangat kuat, impulsif, yang menghasilkan momentum cukup tinggi untuk mengalahkan kemasifan Anda.

Dan momentum itu datang dari inspirasi, yang berasal dari mana saja. Dari sahabat, kolega, kerabat, buku, majalah, internet, dan sumber-sumber yang bertebaran. Pandai-pandailah mencari dan mencipta inspirasi. sering-seringlah Anda memupuk inspirasi.

Bahkan musuh Anda bisa menjadi sumber inspirasi.

Inspirasi adalah sumber impuls. Ia menyatakan mengapa. Ia tidak menjelaskan bagaimana. Anda perlu menentukan tujuan. Arah pergeseran Anda dari kemasifan Anda. Dan itu adalah tujuan. Anda perlu menentukan itu. Tujuan adalah tentang anak tangga mana yang akan Anda injak ketika bergerak meniti tangga kehidupan Anda. Ini bukan tentang kemungkinan bahwa Anda akan gagal meraih anak tangga yang Anda tuju. Ini benar-benar murni tentang anak tangga yang mana. Sejelas mungkin, gambaran anak tangga itu ada di benak fikiran, bahkan dalam mimpi tidur Anda..

Inspirasi akan mendapatkan legitimasinya, ketika tujuan menjadi sangat jelas dalam angan, batin, fikiran, dan sensorik otak Anda.

Jaringan yang Anda bangun akan menguatkan, menunjukkan jalan, melipatgandakan, dan memudahkan realisasi tujuan Anda. Jaringan adalah infrastruktur yang Anda miliki. Ini adalah media lalu lintas bagi segala content/ kandungan aktivitas dan urusan Anda.



by Slamet Santoso
Sphere: Related Content

Just Do It!

Hal yang paling menggemaskan adalah ketika Anda merasa mampu melakukan sesuatu, tetapi belum mau melakukannya. Banyak alasan dari ketidakmauan itu, mungkin karena kesibukan dengan kegiatan lain, belum merasa urgen, pemahaman yang rendah terhadap manfaatnya dan lain-lain. Anda mempunyai berbagai alasan spesifik terhadap ketidakmauan Anda untuk melakukan sesuatu. Namun yang paling berbahaya dari berbagai alasan itu adalah karena Anda malas untuk memulainya. Ya, malas melakukan sesuatu merupakan dalih yang berbahaya karena ia dapat membunuh potensi Anda. Ketika rasa malas muncul, Anda akan tampil dibawah potensi maksimal, sehingga seakan-akan menjadi tidak berharga dan tidak bermanfaat di hadapan orang lain dan lingkungan Anda.

Jadi ketika keberadaan seseorang kurang dirasakan manfaatnya oleh lingkungan, maka sebenarnya ia telah keluar dari fitrah penciptanya. Ia menjadi makhluk sempalan yang durhaka kepada Sang Pencipta. Selain itu, Tuhan telah menjadikan setiap manusia memiliki potensi yang luar biasa, sehingga dengan potensi tersebut manusaia dapat bermanfaat bagi lingkungan dan patut dihargai oleh lingkungan. Ketika manusia tidak mengembangkan potensinya karena malas melakukan sesuatu, berarti ia telah melecehkan potensinya sendiri. Dan itu berarti juga merupakan kedurhakaan kepada Sang Pencipta. Karena itu rasa malas harus diperangi. Malas membuat potensi seseorang menjadi terpendam atau muncul tapi terlambat. Malas membuat seseorang bagaikan lumpuh.

Seringkali juga orang malas menutupi alasan malas itu dengan alasan lain yang "elegan", sehingga terkesan bagi orang lain sebagai alasan yang logis, seperti dengan mengatakan " saya sibuk dengan urusan lain yang lebih penting", "saya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya", " saya sedang mempersiapkan diri untuk melakukannya", dan lain-lain. Namun hati kecilnya tidak dapat dibohongi. Sebenarnya ia menunda melakukan pekerjaan itu hanya karena malas melakukannya.

Bagaimana mengatasi rasa malas? Banyak cara yang telah ditawarkan para pakar untuk mengatasinya, tapi cara yang paling efektif adalah: Just Do It! lakukan saja, tanpa menunda. Jadi, kerjakan saja apa yang menurut Anda harus dilakukan. Jangan ditunda dan jangan mencari alasan! Apapun alasan untuk menunda pekerjaan itu, lupakanlah! Sebab sebagian besar alasan adalah alasan yang dicari-cari. Sesungguhnya kalau Anda menunda pekerjaan, maka alasan ketakutan akan kegagalan pekerjaan tersebut akan semakin besar daripada Anda melakukan pekerjaan itu sekarang juga! Jadi menunda pekerjaan, akan membuat otak Anda bekerja mencari seribu alasan untuk semakin menunda pekerjaan itu. Salah satu alasan yang sering muncul adalah ketakutan akan kegagalan. Bagi banyak orang, kegagalan adalah suatu hal yang menyakitkan. Membuat trauma dan membuat jera untuk melakukannya lagi. Ketakutan akan kegagalan merupakan senjata ampuh bagi otak Anda untuk membuat Anda menunda pekerjaan. Padahal Andalah yang seharusnya mengendalikan otak Anda, bukan sebaliknya.

Karena itu, buanglah rasa takut gagal Anda yang membuat Anda menunda-nunda pekerjaan. Just Do it! Dengan just do it! Otak Anda tak sempat bekerja untuk membuat Anda takut gagal. Otak Anda malah bekerja untuk berani melakukannya tanpa takut gagal. Sejarah telah membuktikan bahwa orang yang sukses adalah orang yang berhasil mengatasi rasa takutnya akan kegagalan, sehingga mereka mau melakukan lagi pekerjaan yang pada awalnya gagal mereka lakukan. Mereka mencoba lagi melakukannya dan gagal lagi, tapi mereka melakukannya lagi dan gagal lagi, sampai akhirnya mereka berhasil. Inilah pola hidup try and error.

Pola hidup dari orang-orang yang optimis bahwa masa depan adalah kesuksesan untuk mereka. Pola hidup yang tak mengenal putus asa. Karena putus asa hanya milik orang yang kafir terhadap nikmat Tuhan, bukan milik orang yang beriman kepada Tuhan.

Karena itu, Just Do it! Lakukanlah sekarang juga! JIka Anda menundanya maka semakin malas dan takut Anda melakukannya. Sebaliknya semakin tidak ditunda maka semakin bersemangat dan termotivasi Anda untuk melakukannya. Ketahuilah, seringkali semangat melakukan suatu perkerjaan justru semakin besar bersamaan dengan saat Anda melakukan pekerjaan tersebut. Semangat bekerja seringkali muncul bukan sebelum melakukan pekerjaan, tapi pada saat Anda melakukan pekerjaan tersebut. Tuhan memerintah kita berangkat melakukannya tanpa memperdulikan perasaan kita ringan atau berat, suka atau tidak suka. Sebab semangat dan kesungguhan itu muncul bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan itu. Inilah rahasia mengatasi rasa malas.

Tidak semua orang mengetahui rahasia mengatasi rasa malas. Mereka malah mencoba mencari cara lain yang seringkali terlalu filosofis dan rumit. Padahal cara mengatasinya amat mudah dan praktis jika Anda mengetahui, JUST DO IT! Dan jangan biarkan pikiran kita membuat alasan untuk menundanya. Jika pikiran Anda mulai mencoba dan tegas pada diri Anda sendiri, JUST DO IT! No reasonable! Lakukan sekarang juga! Jangan banyak alasan! InsyaAllah, Anda akan mampu mengatasi rasa malas.

Semoga bermanfaat!

warm regards,
syania anggriani
Sphere: Related Content
Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan?

Sejumlah riset menunjukkan bahwa ternyata visualisasi memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja kita. Ketika imajinasi kita selalu dihantam oleh bayangan keterpurukan dan pesimisme, maka jaringan otak kita perlahan-lahan akan mendorong kita untuk benar-benar mengalami keterpurukan.

Sebaliknya, ketika kita selalu membangun bayangan positif tentang diri kita, maka kita sesungguhnya tengah memulai dan memperkuat “cara kerja yang sempurna” di dalam otak kita. Pada gilirannya, jaringan sel dalam otak ini akan mampu mendorong kita untuk juga meraih kesempurnaan dalam kinerja nyata. “The more we practice perfection through mental rehearsals, the stronger the neural pathways will become and the better we will perform when the time comes”, demikian ujar Kris Cole dalam risalahnya yang berjudul Positive Visualization.

Olahragawan dan atlet telah mengkhayal bertahun-tahun untuk menjadi sempurna. Dan pada kenyataanya, satu dari pemain golf dunia, Jack Nicklaus, menempatkan 50 persen kesuksesannya karena ia rajin membangun visualisasi positif.

Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:

Pertama adalah, menentukan tujuan yang jelas dan menantang, tujuan yang ingin anda capai. Juga sebaiknya tujuan yang ingin kita raih itu bersifat spesifik. Misal : Anda membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.

Kemudian mulailah melakukan visualisasi :
- Relaks. Carilah momen-momen dimana Anda tengah santai. Ini akan membuat otak anda lebih terbuka untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar”

- Fokuskan perhatian Anda pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk memulai usaha jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang mesti diperlukan, tahapan apa yang mesti dilakukan, bagaimana Anda akan mengelola toko itu, bagaimana Anda melakukan promosi, mengelola karyawan toko, dan membesarkan toko menjadi toko buku pilihan anak-anak.

- Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya: lokasi persis dimana toko buku itu berada, desain interior toko, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku, kemudian bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut toko Anda.

- Lalu, libatkan emosi anda. Bagaimana rasanya mampu meraih tujuan itu dengan sempurna? Bagaimana rasanya bisa benar-benar memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari ramai dikunjungi pembeli. Menyertakan perasaan dan emosi akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak anda.

Selanjutnya lakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal, lakukan visualisasi positif setiap kali anda mempunyai waktu luang, sekurangnya sehari sekali, misal ketika Anda akan tidur dan tengah rileks.

Namun segera harus disebutkan bahwa “beautiful dream” atau impian indah itu mesti harus juga diikuti dengan langkah penyusunan strategi dan aksi nyata. Pelan-pelan mesti ditekadkan untuk mulai mengeksekusi strategi yang Anda susun melalui serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah, dalam proses implementasi itu, kita harus tetap terus menerus secara rutin melakukan visualisasi positif.

Oke, selamat melakukan visualisasi positif. Goodluck !!

Sphere: Related Content

Pilih Mana: Manusia atau Sapi?

Siapa lebih baik: manusia atau sapi? Sepintas Anda mungkin akan langsung mengatakan:" Ya, pasti manusia dong." Tunggu dulu. Coba Anda perhatikan baik-baik fakta berikut ini. Seekor sapi pasti memberi manfaat bagi manusia, tetapi seorang manusia belum tentu memberi manfaat – bahkan lebih sering menghasilkan kemudaratan – bagi manusia lain. Selain itu ada yang lebih penting lagi. Seekor sapi hanya makan sebatas perutnya. Sapi tak pernah makan melebihi kebutuhannya. Sapi juga tak pernah menimbun makanan. Lantas, bagaimana dengan manusia?

Tahun demi tahun berlalu begitu cepat. Masa demi masa berganti. Akan tetapi, masalah yang kita hadapi masih yang itu-itu juga: keserakahan. Otonomi daerah ternyata telah memfasilitasi keserakahan baru di berbagai pelosok. Bahkan, keserakahan makin lama makin menunjukkan tingkat yang mengkhawatirkan. Walaupun secara makroekonomi tahun 2008 memberi sedikit harapan, angka-angka kemajuan ekonomi itu dibangun di atas landasan yang rapuh. Bukankah sejarah krisis ekonomi di mana pun menunjukkan bahwa yang menentukan kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa bukanlah angka-angka ini, yang bisa berubah cepat dalam tempo yang relatif singkat. Dasar dari segala kesuksesan adalah perilaku yang baik, yang menjauhi keserakahan.

Sejarah manusia memang selalu diwarnai keserakahan. Keserakahan adalah dosa manusia yang tertua. Keserakahanlah yang membuat Adam diusir dari surga; juga membuat Soeharto yang digelari oleh Persatuan Bangsa-Bangsa sebagai Pencuri Kekayaan Negara nomor satu di dunia jatuh secara tidak terhormat. Namun, pengalaman pahit tersebut tidaklah membuat orang jera. Orang justru terpacu menjadi makin cerdik untuk menemukan cara baru yang lebih canggih guna memuaskan keserakahannya.

Kalau kita renungkan baik-baik, kita akan melihat bahwa berbagai kasus yang terjadi sepanjang tahun 2007 berlatar belakang keserakahan. Lihatlah apa yang terjadi pada Adelin Lis dan para penegak hukum yang bersekongkol untuk membebaskannya. Lihatlah juga bagaimana gigihnya Menteri Kehutanan membela para pengusaha hutan dan berusaha mendepak Kapolda Riau yang sedang berjuang mengatasi pembalakan liar. Lihatlah perilaku petinggi Mahkamah Agung kita: melakukan intervensi pada pemilihan gubernur di Sulawesi Selatan; menolak diaudit Badan Pemeriksa Keuangan; memerintahkan Majalah Time untuk membayar denda Rp 1 triliun kepada Soeharto; serta merekayasa bebasnya Tommy Soeharto. Lihatlah pula apa yang terjadi dengan para wakil rakyat kita yang melakukan konspirasi dengan memilih Antasari Azhar sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Contoh-contoh di atas barulah sebagian kecil dari begitu banyak perilaku yang sebenarnya berlatar belakang sama: keserakahan.

Lebih jauh lagi, marilah kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Bukankah banyak perilaku kita yang disebabkan oleh keserakahan? Dunia boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tetapi masalah manusia dari dulu hingga sekarang ternyata belum pernah bergeser dari tema kuno, yaitu keserakahan.

Awal keserakahan adalah dari kebiasaan makan kita. Berapa banyak orang yang masih terus makan padahal sudah kenyang? Berapa banyak orang yang mengambil makanan lebih banyak dari yang dapat ditampung perutnya sendiri? Pepatah yang terkenal mengenai hal itu pun sering kita dengar, gYour eyes is bigger than your stomach.h

Bagaimana pula dengan perilaku kita berbelanja? Apakah kita hanya membeli apa yang kita butuhkan? Ataukah kita lebih banyak membeli yang kita inginkan? Atau, kita memang sulit membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan?

Bisakah kita membebaskan diri dari keserakahan? Tentu saja bisa, asalkan kita tahu apa penyebabnya. Menurut saya, ada tiga penyebab keserakahan. Pertama dan yang terutama adalah rasa takut. Kita senantiasa takut pada masa depan. Kita takut kekurangan, takut miskin. Pada tingkatan tertentu rasa takut ini sebenarnya wajar saja. Yang berbahaya adalah bila rasa takut ini sudah menjadi sebuah sindrom, gaya hidup, ataupun paradigma. Inilah yang membuat kita selalu merasa kurang, sehingga menginginkan sesuatu yang lebih banyak lagi. Ketakutan seperti inilah yang merasuki sebagian besar bangsa kita.

Penyebab kedua adalah karena kita menganggap diri kita semata-mata makhluk fisik. Ini membuat kita mengukur segala sesuatu semata-mata dari aspek fisiknya. Kita sering lupa bahwa kita tidak hidup untuk selama-lamanya, dan begitu kita mati kita meninggalkan apa yang kita kumpulkan, dan hanya membawa apa yang kita dermakan. Dalam paradigma fisik, berbagi berarti berkurang; padahal dalam spiritualitas, berbagi justru berarti bertambah.

Penyebab ketiga adalah karena kita tidak percaya kepada Tuhan. Kita mungkin percaya bahwa Tuhan itu ada, tetapi kita tidak sungguh-sungguh yakin bahwa Ia dapat menjamin masa depan kita. Inilah yang membuat kita senantiasa hidup dalam kerakusan. Perilaku kita sering menunjukkan bahwa kita lebih percaya pada segala sesuatu yang kasat mata, yang konkret, yang riil. Kita lebih percaya pada uang ketimbang kepada Tuhan.


sumber: swa
Sphere: Related Content

Kiat Sukses Manajemen Waktu

Pernahkah anda merasa dikejar-kejar oleh pekerjaan? Dan pernahkah anda merasa bahwa waktu terasa begitu cepat. Pekerjaan menumpuk belum terselesaikan dan dikejar-kejar deadline. Hal ini pasti pernah dirasakan oleh setiap manusia.

Mengatur jadwal sesuai dengan apa yang harus dilakukan memang agak sulit. Terlebih bagi anda yang tidak terbiasa dengan sesuatu yang well organized. Misalnya saja, memakai agenda dan menyusun jadwal waktu dan kegiatan. Ditambah dengan sikap disiplin, motivasi dan semangat untuk mencapai target yang diinginkan.
Terlalu sering menganggap remeh suatu persoalan atau menunda-nunda suatu pekerjaan awal terhambatnya kesuksesan. Pekerjaan yang dikerjakan pun hasilnya jadi tidak maksimal atau tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, karena dikerjakan dengan buru-buru.
Penting manajemen waktu memang sangat dibutuhkan bagi mereka yang memiliki mobilitas pekerjaan yang tinggi. Time is money begitulah ungkapan mereka. Baginya waktu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dalam bekerja mereka menerapkan manajeman waktu.
Manajemen waktu sebenarnya lebih dititik beratkan kepada kemampuan diri sendiri dalam mengelola waktu, yakni kemampuan merencanakan, mendegelasikan, mengatur dan mengontrol. Agar manajemen waktu bisa berjalan dengan baik, kita harusmengetahuistrategimengelolawaktu.

Berikut tips-tipsnya :
• Mengatur jadwal kerja untuk mengingatkan kita akan semua aktivitas yang akan dikerjakan. Dengan adanya list kita akan tau kapan batas waktunya (deadline).
• Deadline jelas akan membuat orang menjadi tegang. Jadi usahakan agar mengerjakan pekerjaan dengan tenang dan fokus, sehingga hasilnya pun bagus.
• Sediakan waktu ekstra sekitar 30 menit dalam mengerjakan pekerjaan kantor. Hal ini membuat anda menjadi lebih maju.
• Sisihkan waktu untuk tubuh anda agar tetap sehat dan bugar. Kondisi tubuh yang sehat sangat baik dalam menjalankan aktivitas yang padat.
• Luangkan waktu 30 menit sesibuk apapun anda bekerja di kantor untuk meningkatkan diri di rumah,misalnya belajar. Hal ini bagus untuk menambah wawasan diluar materi kerjaan.
• Tulis 5 ide yang berhubungan dengan pekerjaan anda setiap hari. Dengan membiasakan diri menggunakan imajinasi kreatif berarti kesuksesan sudah ada di depan mata.
• Buat analisa diri dan prestasi apa yang sudah dicapai. Dengan begitu anda tahu berapa persen misi yang telah anda capai.

Selamat mencoba ya dan bagi anda yang malas mulai hari ini rubah manajemen waktu
Sphere: Related Content
Menurut Bob Sadino, goblok adalah sikap dasar kalau mau belajar menjadi seorang pewirausaha. Karena, nantinya akan banyak ditemui fenomena, kejadian, pengetahuan, atau ilmu baru yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Seseorang yang sudah merasa pandai, menurut Bob, sebenarnya telah memenggal kepala sendiri.

" Beruntung saya goblok sperti ini. Kalau saya pinter, saya makin tidak berani menjadi entrepeneur. Karena semakin tahu risikonya, semakin saya takut untuk mencoba. Dus, yang menjadi pembeda dan ciri sukses seorang entrepeneur adalah keberanian menantang risiko." cetus Bob.

Bob mengingatkan untuk selalu berusaha membangun keberanian menantang risiko. Cobalah apa yang menurut anda dapat dilakukan dan bisa dilakukan. Jangan menunggu sampai kesempatan hilang.

Tuhan sangat adil memberikan kesempatan kepada semua manusia. " Yang berhasil dan sukses adalah mereka yang berani mengambil kesempatan," ujarnya.


sumber; majalah wirausaha & keuangan
Sphere: Related Content

Pernikahan Adalah Sekolah Cinta

Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.

Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, seraya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan suka cita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik, yang selama ini saya impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati saya, "Hambaku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?” Dan Ia menjawab, "Karena AKU adalah Tuhan, dan AKU adalah Kebenaran, dan segala yang AKU lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskan kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu, karena AKU tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu, jika terkadang engkau masih kasar; atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam; atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam; seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak...."

Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika AKU memberikan kepadamu seseorang yang AKU tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu.

Pasanganmu akan berasal dari tulangmu & dagingmu, dan engkau akan melihat sendiri dirimu sendiri di dalam dirinya. Dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerja sama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna, karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

Ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah, dan yang sedang mencari, khususnya yang sedang mencari.
JIKA....

Jika kamu memancing ikan... Setelah ikan itu terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu... Janganlah sesekali kamu melepaskan ia semula ke dalam air begitu saja...

Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang... Setelah ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu menjaga hatinya... Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja... Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat...

Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh... cukuplah sekedar keperluanmu. Apabila sekali ia retak tentu sukar untuk menambalnya semula. Akhirnya ia dibuang... Sedangkan jika kamu coba memperbaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi.

Begitu juga kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya. Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa. Anggaplah ia manusia biasa. Apabila sekali ia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya. Akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya. Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhirnya.

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi yang pasti untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat. Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain.... Terlalu ingin mengejar kelezatan. Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya, kamu akan menyesal.

Begitu juga jka kamu telah bertemu dengan seorang insan yang membawa kebaikan kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu. Mengapa kamu berlengah, mencoba membandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan. Kelak, kamu akan kehilangannya; apabila dia menjadi milik orang lain, kamu juga akan menyesal...

Suka dengan artikel ini? Kasih komentar di situs nya yach...
Jangan lupa forward ke teman yang lain. Thank You.

Kasih komentarnya di sini yach:
http://www.sungaibaru.com/artikel/li...ikel.php?id=87

Artikel lainnya:
http://www.sungaibaru.com/artikel/
__________________
Regard
Stephanus
www.sungaibaru.com
Sphere: Related Content
1. Seorang bos menciptakan rasa takut dalam diri stafnya. Seorang pemimpin membangun kepercayaan.
2. Seorang bos mengatakan, "Saya." Seorang pemimpin mengatakan, "Kita."
3. Seorang bos tahu bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan. Seorang pemimpin tahu bagaimana suatu karir harus ditempa.
4. Seorang bos mengandalkan kekuasaan. Seorang pemimpin mengandalkan kerjasama.
5. Seorang bos menyetir. Seorang pemimpin memimpin.
6. Seorang bos menyalahkan. Seorang pemimpin menyelesaikan masalah dan memperbaiki kesalahan.
7. Seorang bos menguasai 10 persen tenaga kerja bermasalah. Seorang pemimpin bekerja berdampingan dengan 90 persen yang kooperatif.
8. Seorang bos akhirnya menyebabkan dendam bertumbuh. Seorang pemimpin memupuk antusiasme yang bertumbuh.
9. Seorang bos membuat pekerjaan menjemukan. Seorang pemimpin membuat pekerjaan menarik.
10. Seorang bos melihat masalah sebagai musibah yang akan menghancurkan
perusahaan. Seorang pemimpin melihat masalah sebagai kesempatan yang dapat
diatasi staf yang bersatu padu dan berubah menjadi pertumbuhan.


Sphere: Related Content

Premium Motivational Quotes

"Salah satu fungsi memori adalah sebagai comparative tools untuk mengetahui seberapa banyak kita telah berkembang dan mengalami peningkatan dari masa sebelumnya"

Interpretasi:
Dengan mengetahui hal tersebut, maka akan sangat baik bila di setiap akhir periode, khususnya penghujung tahun, kita melakukan refleksi mengenai sejauh mana pencapaian yang kita raih sepanjang tahun ini dibandingkan dengan periode/tahun sebelumnya, dan juga membuat resolusi atau target-target peningkatan baru untuk tahun selanjutnya.

Sebagai panduan resolusi 2008, silakan simak dan tuliskan target-target baru untuk tahun 2008, bila mau, Anda dapat mengisinya secara detail, sebagai tanda kebulatan tekad untuk pencapaian target yang selalu lebih baik lagi.

Resolusi tahun 2008:
Sektor Kesehatan:
-
-
-
Sektor Keuangan
-
-
-
Sektor Hubungan dengan sesama (keluarga, suami/istri, rekan, kerabat)
-
-
-
Sektor Karir atau Usaha/bisnis
-
-
-
Sektor Spiritual
-
-
-
Sektor Pengetahuan dan keahlian
-
-
-
Sektor Kontribusi Sosial
-
-
-
Sektor Lainnya
-
-
-

Selamat merumuskan dan mencapai target resolusi Anda di tahun 2008 ini!
Sukses selalu untuk Anda!

Warm Regards,

Pengusaha Indonesia Team
Sphere: Related Content

Perangkap Tikus

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja.
Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan
dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa
mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus.
Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan
berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada
perangkap tikus...."

Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkat tikus"

Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak
berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.

Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang
bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi
perangkap tikus tidak ! berbahaya buat aku sama sekali"

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sng ular berkata "
Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia
akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap
tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat
perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang
terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik
rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang
istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya
sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.

Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau,
sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam) Suaminya dengan
segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman
menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya
untuk mengambil hatinya.

Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani
harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari
kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

SO...SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN
MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA...PIKIRKANLAH SEKALI LAGI

Salam sukses & selamat bekerja
win
TRANSCEND - Exceeding Your Expectation
Sphere: Related Content

Motivasi Berprestrasi

Dalam hidup ini setiap orang pastilah memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Mereka yang sekolah mmemiliki target agar dapat nilai baik dan lulus dengan baik pula, mereka yang berusaha juga memiliki target agar usahanya lancar dan menghasilkan keuntungan, mereka yang bekerja berharap dapat menempati posisi strategis dan mendapatkan gaji yang memadai, dan mereka yang terjun di dunia politik memiliki keinginan menduduki jabatan-jabatan tertentu yang berimbas naiknya pamor mereka di mata masyarakat.

Semuanya itu merupakan hal yang biasa kita jumpai. Namun terkadang kita melihat ada orang-orang yang bisa berhasil dalam tempo yang tidak terlalu lama, ada pula mereka yang justru belum bisa mengubah nasib mereka. Banyak variabel memang yang bisa menentukan hal semua itu. di antara variabel itu adalah berkitan dengan motivasi individu.

Teori-teori tentang motivasi banyak dipelajari dalam ranah studi psikologi dan manajemen. Teori ini berkaitan dengan perilaku individu, dan kedua ranah studi tersebut memang berkaitan dengan perilaku individu. Salah satu tokoh yang cukup dikenal adalah Abraham Maslow. Beliau adalah pionir dari aliran psikologi humanistik. Teorinya yang cukup terkenal adalah mengenai Theory of Hierarchy Needs. Menurutnya, manusia memunculkan suatu perilaku didasarkan pada kebutuhan yang ada. Hirarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut:

The need for
self-actualization

The esteem needs

The love needs

The safety needs

The 'physiological' needs

Dia berargumen bahwa seseorang tidak akan mencapai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sebelum tercapai kebutuhan yang di bawahnya. Misalnya, seseorang akan sulit mendapatkan kebutuhan akan cinta kalau kebutuhan fisiologisnya belum tercapai. Begitu seterusnya hingga sampai kebutuhan aktualisasi diri. Namun dalam penelitian selanjutnya ternyata ada individu yang tidak begitu saja harus membutuhkan kebutuhan di bawahnya sebelum meraih kebutuhan yang di atasnya. Penelitian mengenai peak-experience terhadap orang-orang yang memiliki pengalaman spiritual seperti Mahatma Gandhi, Bunda Theresa, yang kemudian memfalsifikasi teori tersebut. Orang-orang semacam Gandhi atau Theresa yang langsung mencapai tingkat aktulaisasi diri tanpa melalui strata kebutuhan yang di bawahnya.

Lalu sebenarnya apa sih motivasi itu? Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Secara teknis istilah motivasi dalam psikologi diartikan sebagai berikut:
seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mednorong timbulnya kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk pencapaian suatu tujuan (Wulyo, 1990);
suatu variabel yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (J.P. Chaplin, 2001).
suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisiten menuju tujuan tertentu (Lusi, 1996).

Sementara motivasi berprestasi (achievement motivation) merupakan teori yang dikenalkan oleh David McClelland. Dasar teorinya tetap berdasarkan teori kebutuhan Maslow, namun ia mencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan:
Need for Power (nPow)
Need for Affiliation (nAff)
Need for Achievement (nAch)

Dalam membangun teorinya ini ia mengajukan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. Ia percaya bahwa banyak kebutuhan yang didapatkan dari kebudayaan suatu masyarakat. Untuk melihat motivasi berprestasi ini ia menggunakan metode pengetesan dengan tes TAT (Thematic Apperception Test). Tes ini merupakan tes proyektif yang menggunakan analisa terhadap seseorang dari gambar-gambar untuk mengetahui perbedan individual (Gibson, et.al., 1996). Tes ini dikembangkan oleh seorang psikolog Henry Murray dari klinik Psikologi Harvard, AS tahun 1943 (Groth-Marnat, 1984).

Dari penelitian yang dilakukan McClelland ini kemudian dihasilkan profil orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch):
Orang dengan nAch tinggi memilih untuk mengindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.
Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik lansung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.
Orang dengn nAch tinggi menyukai tanggung jawab pemecahan masalah.

Adversity Quotient: Paradigma Baru Menghadapi Tantangan
Pada kesempatan ini saya akan menambahkan sekelumit tentang sebuah pendekatan baru dalam melihat, mengukur, dan meramalkan kesuksesan seseorang. Pendekatan teoritis ini disebut adversity quotient (AQ) yang dikembangkan pertama kali oleh Paul G. Stoltz. Ia beranggapan bahwa IQ dan EQ yang sedang marak dibicarakan itu tidaklah cukup dalam meramalkan kesuksesan orang. Stoltz mengelompokkan individu menjadi tiga: quitter, camper, dan climber.

Pengunaan istilah ini memang berdasarkan pada sebuah kisah ketika para pendaki gunung yang hendak menaklukan puncak Everest. Ia melihat ada pendaki yang menyerah sebelum pendakian selesai, ada yang merasa cukup puas sampai pada ketinggian tertentu, dan ada pula yang benar-benar berkeinginan menaklukan puncak tersebut. Itulah kemudian dia mengistilahkan orang yang berhenti di tengah jalan sebelum usai sebagai quitter, kemudian mereka yang merasa puas berada pada posisi tertentu sebagai camper, sedangkan yang terus ingin meraih kesuksesan ia sebut sebagai climber.

Teori ini sebenarnya tetap melihat pada motivasi individu. Mereka yang berjiwa quitter cenderung akan mati di tengah jalan ketika pesaingnya terus berlari tanpa henti. Sementara mereka yang berjiwa camper merasa cukup puas berada atau telah mencapai sebuah target tertentu, meskipun tujuan yang hendak dicapai masih panjang. Dan mereka yang berjiwa climber akan terus pantang mundur menghadapi hambatan yang ada di hadapannya. Ia anggap itu sebagai sebuah tantangan dan peluang untuk meraih hal yang lebih tinggi yang belum diraih orang lain.

Gambaran di atas, secara kualitatif, bisa dijadikan sebuah bentuk komparasi terhadap teori motivasi berprestasi McClelland. Sebenarnya teori McClelland ini sudah jarang digunakan seiring dengan munculnya temuan-temuan dan inovasi-inovasi baru dalam ilmu pengetahuan. Sepengetahuan saya teori motivasi berprestasi booming sekitar tahun 80-an dan medio 90-an di Indonesia. Setelah itu teori ini kemudian jarang digunakan dalam pelatihan-pelatihan. Teori ini memang cenderung individualistik, sementara untuk pekerjaan yang dibutuhkan kerja sama tim diperlukan formula lain. Maka muncullah team building yang biasanya dalam bentuk outdoor atau outbond training. Semoga bermanfaat.

Sumber : psikologi.net/artikel/arsip/motivasi_berprestasi.doc
Sphere: Related Content

Membangun Kepercayaan Diri

Bagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan- diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan diri, mungkin Anda bisa menjadikan langkah-langkah berikut ini sebagai proses latihan:

1.Menciptakan definisi diri positif.

Steve Chandler mengatakan, "Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu." Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah:

o Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.

o Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki

o Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.

Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya.

Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.

2. Memperjuangkan keinginan yang positifSelanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri.

Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita.

Kita perlu ingat bahwa pada akhirnya kita hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita. Titik. Tidak ada yang bisa mengganti prinsip ini.

3. Mengatasi masalah secara positif Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita seringkali bermasalah.

4. Memiliki dasar keputusan yang positif.Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: "Ketika saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU". Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.

5. Memiliki model / teladan yang positifYang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran. Saking pentingnya peranan orang lain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri dari dua hal:

a) pengalaman pribadi (life experiencing) dan

b) duplicating (mencontoh dan mempelajari orang lain). --

Erwin Arianto,SE
Sphere: Related Content

Pasir dan Batu Kehidupan

Suatu ketika, ada sepasang pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Mereka, kini tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang Mata memandang, hanya ada horison pasir yang terbentang .Tapak-tapak kaki yang ada di belakang mereka, membentuk jejak-jejak yang takputus. Susunannya meliuk-liuk, tampak seperti kurva garis, yang berujung di setiap langkah yang mereka lalui. Sesekali debu-debu pasir menerpa tubuh, dan membuat mereka berjalan merunduk, agar terhindar dari badai kecil itu.

Tiba-tiba, ada sebuah badai besar yang datang. Hembusannya sangat kuat, membuat tubuh mereka bergoyang, dan limbung. Terpaan yang begitu kuat segera membuat ujung-ujung pakaian mereka berkibar-kibar, mengelepak, dan mendorong tubuh mereka ke arah belakang.

Untunglah, mereka saling berpegangan, dan dapatbertahan dari badai itu.Namun, ada musibah lain yang menimpa mereka. Bekal minum mereka terbuka, dan terbawa angin yang kuat tadi. "Ah... kita akan mati kehausan disini, " ujar seorang pengembara.

Lelah bertahan seusai badai, keduanya duduk tercenung,menyesalkan hilangnya bekal minum mereka. Seseorang dari mereka, tampak menulis sesuatu di atas pasir dengan ujung jarinya.

"Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini." Pengembara yang lain tampak bingung, namun tetap membereskan perlengkapannya. Badai sudah benar-benar usai, dan keduanya pun melanjutkan perjalanan.

Setelah lama menyusuri padang, mereka melihat sebuah oasis di kejauhan. "Kita selamat",seru seorang pengembara, "lihat, ada air disana." Mereka setengah berlari kearah air itu. Untunglah, itu bukan fatamorgana.Tampaklah sebuah kolam kecil dengan air yang cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya, dan mengambil sisanya untuk bekal perjalanan.

Sambil beristirahat, pengembara yang sama mulai menulis sesuatu. Pisau yang digenggamnya digunakan untuk memahat di atas sebuah batu. "Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini."Merasa bingung dengan tingkah sahabatnya, pengembara yang lain mulai bertanya."Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi engkau menulis di atas pasir saat kita kehilangan bekal minum?"

Tersenyum mendengarpertanyaan itu, sang sahabat mulai menjawab. "Saat kita mendapat kesusahan,tulislah semua itu dalam pasir. Biarkan angin keikhlasan akan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu akan hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus."

"Namun, ingatlah, saat kita mendapat kebahagiaan, pahatlah kemuliaan itu dalambatu, agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangankesenangan itu dalam kerasnya batu, agar tak ada sesuatu yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan. "Keduanya kembali tersenyum. Bekal minuman telah cukup, dan mereka pun kembali meneruskan perjalanan mereka.

* * *

Saudara, ada kalanya memang, kita menemui kesedihan dan kebahagiaan. Adakalanya, keduanya hadir berselang-seling, saling berganti mewarnai panjangnyajalan hidup ini. Keduanya, saya yakin, memberikan kita semacam memori yang kerap membuat kita terkenang. Namun, adakah kita mau bersikap seperti pengembara tadi?

Maukah kita menjadi seorang yang pemaaf, yang mampu untuk menuliskan setiap kesedihan dalam pasir,agar angin keikhlasan mampu membawanya pergi? Maukah kita menjadi seorang yang tegar, yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan?

Dan saudaraku, cobalah pula untuk selalu mengingat setiap kebaikan dankebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu dalam kekokohan hati kita,agar tak ada apapun yang mampu menghapusnya. Torehlah semua kenangan kebahagiaanitu, agar tidak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya.

Saya yakin, angin kebahagiaan dan keikhlasan, akan mampu menggantikan tulisankesedihan kita di atas pasir kesusahan. Sementara, pahatan kebahagiaan kita,akan selalu terkenang dan membuat kita optimis dalam menjalani panjangnya hidupini.

Harmanto
Sphere: Related Content
Langkah-Langkah Kecil Menuju Hidup Positif
Mungkin sudah seringkali kita mendengar ungkapan tentang keuntungan berpikiran positif. Memang menurut beberapa penelitian ditemukan bahwa orang-orang postif cenderung menjalani kehidupan lebih bahagia dan sehat. Namun, dengan lingkungan pergaulan dan pikiran-pikiran yang berkecamuk di kepala kita, rasanya tak mudah untuk terus-menerus mempertahankan sikap positif. Akan tetapi, untuk sebuah tujuan yang bagus tak ada salahnya jika kita mengusahakan yang terbaik. Berikut beberapa panduan melakukan lagkah-langkah kecil untuk mempertahankan sikap positif.

1. Mulailah Selangkah Demi Selangkah - Adakalanya saat menginginkan perubahan, kita ingin mengubah segalanya secara menyeluruh. Daripada mengubah secara keseluruhan, lebih baik perbaiki setahap demi setahap. Buat catatan tentang hal yang membuat Anda merasa tak puas, cari sisi yang membuat Anda merasa tak senang, lalu mulailah melakukan tindakan untuk mengubahnya. Melakukan perubahan selangkah demi selangkah justru memiliki peluang besar untuk mendapatkan hasil maksimal.

2. Berbincang Dengan Diri Sendiri - Diantara seminggu penuh waktu kita untuk beraktifitas, luangkan sehari saja untuk merasakan kedekatan dengan diri Anda sendiri. Dengarkan secara seksama kata hati Anda. Pecayalah, Anda akan merasa kaget saat mengetahui betapa kerasnya Anda terhadap diri sendiri. Cerna setiap ungkapan kata hati dan gantikan pikiran-pikiran negatif dengan pemikiran yang positif.

3. Berhenti Membandingkan - Sudah sewajarnya jika kita melihat orang lain sebagai tolok ukur, tapi jangan lantas membuat Anda membandingkan kehidupannya dengan kehidupan Anda sendiri. Membandingkan hubungan dengan pasangan, pekerjaan yang Anda miliki dengan apa yang dimiliki orang lain hanya akan memukul keras harga diri Anda. Memandang kelebihan orang lain hanya akan mengembangkan fantasi, yang justru akan mendorong Anda jatuh ke dalam rasa tak peraya diri.

4. Nasehati Diri Sendiri - Kebanyakan orang cenderung lebih mahir menyelesaikan permasalahan orang lain dari pada mengatasi masalahnya sendiri. Jika Anda berhasil menghibur seorang teman yang ditimpa masalah, tanyakan padanya apa yang telah membuatnya merasa terhibur. Lain kali jika Anda mendapatkan masalah, mungkin penghiburan Anda tersebut dapat berguna untuk diri sendiri.

5. Utamakan Diri Sendiri - Jika Anda lebih sering menempatkan kepentingan diri sendiri diurutan terakhir, sebaiknya sekali-kali lakukan sesuatu untuk diri sendiri. Mempreoritaskan kepentingan sendiri diurutan akhir biasanya akan mendorong Anda mengasihani diri sendiri, dimana justru mendorong timbulnya rasa frustasi. Jika kemarahan-kemarahan tersebut bertumpuk, justru orang-orang yang Anda cintai yang akan jadi tempat pelampiasan kekesalan. Adakalanya Anda boleh tidak ikut bepergian dengan keluarga hanya untuk menyaksikan serial kesayangan Anda. Sesekali mementingkan diri sendiri justru akan mempertahankan keseimbangan dan membawa hasil yang lebih baik untuk Anda serta orang-orang yang Anda sayangi.

6. Berfokus Pada Diri Sendiri - Tumbuhkan kesadaran kalau Anda tak dapat mengubah orang lain, tapi Anda bisa mengubah diri sendiri. Cara ini membantu Anda melepaskan banyak bagasi emosional. Mungkin ucapan kekasih yang sedang marah terasa menyakitkan hati, tapi saat Anda menerima bahwa itu hanyalah masalah dia bukan masalah Anda, maka perasaan buruk yang diakibatkan kata-kata pedasnya tak akan membawa dampak buruk bagi perasaan Anda.

7. Luangkan Waktu Untuk Bermain - Setiap orang pasti memiliki sisi anak kecil di dalam dirinya. Rangkulah sisi itu sekali-kali. Bermain memiliki efek memperbaiki emosi. Rasa ingin tahu lebih membangun dari pada kritikan. Kembangkan prilaku seperti anak-anak saat berbeturan dengan masalah, lebih baik bertanya bagaimana cara kerja komputer Anda dari pada marah-marah karena orang lain lebih baik dari Anda.

8. Minta Dukungan Dari Teman - Kita memang tak selalu berhasil mempertahankan semangat. Alangkah baiknya jika Anda meminta bantuan teman untuk mememberi dukungan. Ceritakan pada teman terpercaya Anda kalau Anda sendang memperbaiki sikap, biarkan teman dia memberikan dukungan sekaligus pelatihan. Minta pendapatnya tentang bagaimana Anda berekasi terhasap suatu permasalahan secara emosional.

9. Nikmati Proses - Tujuan dalam hidup memang sebuah titik penting untuk dicapai. Tapi terpancang pada hasil justru membuat kita mengabaikan proses. Mengimpikan apa yang jadi tujuan Anda hanya akan membuat impian itu ada diawang-awang. Tapi hanya bertindak selangkah demi selangkah yang akan membawa Anda mendekati apa yang ingin Anda capai.

10. Jangan Lupa Bersyukur - Kadang kita lupa betapa banyak yang telah kita dapat dalam hidup ini. Sebenarnya, menyadari rahmat yang kita terima justru akan membawa warna cerah dalam kehidupan itu sendiri. Mulailah membuat catatan bahagia setiap hari. Ingat tiga hal yang patut Anda syukuri selama sepanjang hari yang Anda lalui, niscaya itu akan membuat Anda lebih menghargai hidup.

Kalau hidup positif dapat membuat kita lebih bahagia dan sehat, rasanya kita semua patut untuk mengusahakannya. Dan semoga sepuluh panduan diatas dapat membantu Anda melakukannya. (erl)

[kapanlagi]
Sphere: Related Content