Tuesday, April 1, 2008

Ukurannya itu-loh...

Sobat, ada yang ingin saya tanyakan nih. Apakah benar jika belum mampu mempunyai pekerjaan tetap, gaji yang besar, rumah/apartemen yang megah dan mobil yang mewah. Itu belum berhasil namanya? Apa itu benar?! Saya rasa keberhasilan itu hanyalah ukuran yang dibuat orang lain lalu kita menjadikannya itu sebagai standar hidup ideal pada umumnya. Itu adalah patokan kehidupan untuk hidup bahagia. Standard hidup ideal sebenarnya hanya kita yang bisa membuatnya sesuai dengan ukuran serta kapabilitas kemampuan diri. Begitu juga dengan namanya rasa kepuasan… kita yang mengukurnya dan bukan siapa-siapa.


Terlalu banyak dari kita yang meremehkan rasa kepuasan. Jika belum sesuai dengan standard hidup seperti itu jangan harap kita bisa tenang, tidurpun tidak nyaman, kemana-mana bawaannya selalu gelisah aja. Standard hidup ini yang menjadi raksasa kerumitan yang kita ciptakan sebenarnya. Malah kitanya yang tidak pandai mengukur kepuasan dari apa yang kita usahakan hari ini, kemarin dan kemarinnya lagi.


Sobat tahu ada orang yang dengan susah payah mengerjakan suatu tugas, entah itu tugas kantor atau sekolah. Walau hasil yang didapatnya hari itu tidak terlalu baik. Tapi ia masih bisa tersenyum walau di dalam hatinya ia sedih. Kalian tahu kenapa? Karena ia mengerjakan tugas itu dengan sepenuh hati, keikhlasan dan juga harapan yang di tuangkan dalam tugasnya itu. Ibaratnya begini “Biarlah tidak terlalu baik hasilnya…terpenting adalah saya tahu dimana letak kesalahannya itu. Hingga dapat merubah hasilnya menjadi baik di hari esok” Begitulah kira-kiranya seperti kata-kata ini, “Banyak sekali orang menerima kegagalan ia tidak bahagia. Tapi tidak sedikit pula kegagalan membuat semua orang mendapatkan kebahagian pada akhirnya”. Karena sebuah kesuksessan di selipkan di antara satu kegagalan ke kegagalan lainnya. Kita seperti bermain puzle photo, mencoba merangkai gambaran tersebut menjadi terkumpul satu hingga jelas terlihat.


***

Sphere: Related Content

No comments: